Mandi Bareng di Onsen

“People in here like to take off all their clothes”

Begitulah kalimat guyonan dari pemilik hostel tempat saya menginap di Tokyo ketika kami membahas tentang konsep tempat pemandian umum di Jepang. Hostel yang saya tempati di Tokyo kebetulan lokasinya cukup dekat dengan pemandian umum. Isa-san, pemilik Tokyo Hikari Guest House merekomendasikan public bath yang berada di dekat hostel itu karena kamar mandi yang ada di tempatnya masih bisa dihitung dengan 5 jari sehingga public bath itu bisa jadi opsi untuk mandi. Berbeda dengan onsen yang merupakan tempat pemandian dengan sumber air panas alami, public bath atau sento menggunakan heated tap water (bahasa Indonesianya apa ya? air panas dari sumur?). Tapi onsen dan sento memiliki peraturan yang hampir sama, yakni tidak diperbolehkan menggunakan pakaian ketika berada di dalamnya.

Salah satu bucket list saya di Jepang, selain makan ramen, adalah mencoba onsen. Onsen adalah bahasa Jepang dari hot springs atau tempat pemandian air panas. Peraturan yang mengharuskan untuk tidak mengenakan sehelai baju pun di dalam onsen menjadi hal yang cukup unik bagi saya karena di Indonesia tidak ada yang seperti ini. Isa-san sendiri juga menyarankan untuk mencoba onsen. Mencoba sesuatu yang baru merupakan salah satu alasan untuk travelling bukan?

Sebenarnya saya cukup ragu apakah benar mau mencoba onsen mengingat harus berhadapan dengan orang yang tidak dikenal, berendam dalam 1 kolam, tanpa memakai baju sama sekali. Tapi didorong oleh cuaca bersalju yang membuat saya tidak bisa melihat Fuji-san di Kawaguchi dan rekomendasi dari staff tourist information center, akhirnya saya maju juga untuk mencoba onsen.

Setelah melewati perjalanan menuju onsen yang cukup membuat dag dig dug, akhirnya saya bisa menjejakkan kaki di onsen, langsung di Jepang. Sampai pulang ke Indonesia, saya sama sekali tidak tahu nama dari onsen itu apa karena brosur yang saya pegang full dalam bahasa Jepang, papan nama ketika saya tiba di sana pun juga dalam bahasa Jepang. Tapi setelah googling, ternyata nama onsen tersebut adalah Yurari.

IMG_20160311_132126

Awalnya saya ragu ketika memasuki bangunan ini, takut salah masuk rumah orang. Setelah membuka pintu depan dan membuka sepatu, buru-buru menjejakan kaki di tatami karena lantai yang terbuat dari batu itu cukup dingin diinjak dengan kaki telanjang. Di meja resepsionis saya disambut oleh mas-mas, yang menyambut saya tentu saja dengan bahasa Jepang. Pertanyaan interogasi saya ke mas Jepang adalah apakah onsen ini campuran atau pria dan wanita terpisah, karena ada beberapa onsen yang tidak memisahkan ruangan pemandiannya antara pria dan wanita.

Dengan membayar 1300 yen, kita akan diberikan 2 handuk, besar dan kecil, serta kunci loker untuk menaruh barang di ruang ganti. Jangan lupa untuk menaruh sepatu di loker di dekat pintu masuk dan mengambil kunci loker sepatu tersebut. Kunci loker sepatu itu diberikan kepada resepsionis. Karena saya terlalu excited mau mencoba onsen, jadi maaf, tidak ada satu foto pun bagaimana tampilan dalam onsen ini. Apalagi foto untuk tampilan tempat berendamnya seperti apa, mana berani saya ambil foto. Bisa digampar bolak balik.

Setelah mendapatkan handuk dan kunci loker, saya berjalan ke arah lorong yang di sebelah kanan terlihat ruangan cukup luas dengan beberapa kursi pijat elektrik yang menghadap ke arah jendela. Cukup menggoda untuk dicoba, tapi karena saya tidak punya banyak waktu, cukup lah dengan melihat-lihat saja. Ruang pemandiannya sendiri ada di dalam ruangan yang ada dibalik tirai pink atau biru. Pink untuk wanita dan biru untuk pria. Tirainya sendiri bertuliskan tulisan Jepang jadi saya berasumsi tirai pink untuk pemandian wanita, yang untungnya saya tidak salah masuk ruangan.

Di balik tirai itu ternyata adalah ruang ganti, tidak langsung ke dalam pemandian. Di ruang ganti itulah kita harus menanggalkan semua pakaian yang dipakai. Di ruang ganti ini saya berdiri cukup lama karena tidak yakin apa benar melepas pakaian di sini. Sampai akhirnya ada perempuan Jepang keluar dari balik pintu kaca. Setelah melihat dia, saya yakin memang harus melepas pakaian di sini karena perempuan itu tidak memakai baju sama sekali, handuk pun tidak. Saya memutuskan untuk menyapa perempuan itu dan bertanya saja untuk meyakinkan diri. Ternyata handuk besar jangan dibawa, cukup handuk kecil saja. Lumayan lah bisa buat nutupin sebagian badan :p

Di balik pintu kaca itu ternyata ada ruangan yang besar. Jika berkunjung ke pemandian umum di Jepang, onsen maupun sento, jangan langsung masuk ke dalam bak berendam tanpa membersihkan diri terlebih dahulu. Mencuci badan sebersih mungkin sebelum masuk ke bak berendam adalah hal yang wajib dilakukan. Well…logikanya tempat berendam itu digunakan bersama-sama, coba bayangkan jika ada orang yang langsung masuk ke situ tanpa membersihkan diri terlebih dahulu, airnya akan terkontaminasi dengan segala kuman kan. Iyuuhhhh~~~

Di Yurari ini sendiri punya tempat membersihkan badan yang cukup lebar. Jangan bayangkan tempat bilasnya berupa ruangan dengan shower besar. Tempat bilasnya hanya berupa kursi dingklik yang dilengkapi dengan ember kecil, kran dan shower kecil. Tapi fasilitas yang disediakan cukup lengkap. Sabun, shampoo, conditioner merk lokal. Wangi shampoonya enak banget, tapi sayang saya lupa namanya apa, jadi tidak bisa cari di supermarket untuk dibawa pulang ke Indonesia..hehe..

Setelah merasa cukup bersih, sekarang waktunya untuk berendam. Tidak banyak orang yang ada di situ, mungkin hanya sekitar 10 orang saja, jadi saya masih merasa cukup nyaman. Jujur ketika melihat orang lain di dalam situ, saya agak kikuk karena belum terbiasa. Tapi melihat orang Jepang di situ yang sepertinya biasa saja, ya lama-lama membuat saya santai.

Ada lebih dari 1 tempat berendam di sini, bahkan ada yang berada di dalam ruangan yang didekor seperti gua. Tapi saya menarik diri dari ruangan itu karena kacamata saya langsung tidak bisa digunakan alias jadi berembun saking panasnya. Ada pilihan sauna dan juga sweat room, saya sih tidak tahu apa beda 2 ruangan ini. Buat saya sama-sama bikin keringetan. Bedanya hanya sweat room punya ukuran ruangan yang lebih besar. Ada juga kolam outdoor. Sebenarnya saya mau coba kolam outdoor itu, tapi ketika membuka pintu, salju dan udara dingin membuat saya jiper berjalan keluar. Saya kurang paham ada kandungan apa di dalam air panas di onsen, karena berendam di situ enak banget. Biasanya kalau di rumah setelah mandi air panas, badan justru merasa dingin. Tapi tidak di onsen, keluar dari berendam, badan saya masih merasa hangat.

Yang membuat saya semakin suka dengan onsen Yurari ini adalah fasilitas setelah berendam. Make up roomnya menyediakan basic utilities yang buat saya sudah lebih dari cukup. Hair dryer, standar. Sisir sekali pakai, ok. Buat saya yang dari awal tidak ada niat ke onsen, berarti datang tanpa persiapan alat-alat pribadi. Alhasil saya datang tanpa membawa skincare sama sekali. Padahal cuaca dingin mewajibkan saya untuk memakai pelembab. Tapi di Yurari ini saya terselamatkan. Skin care yang disediakan membuat saya mengucapkan alhamdulillah. Skin conditioner, essence, krim wajah dan tubuh, bahkan basic make up, CC cream disediakan di sini.

Overall, pengalaman pertama saya di onsen bisa dibilang memuaskan. Hanya terasa kurang puas karena kurang lama berada di sana. Saya hanya punya waktu sekitar 1 jam karena harus mengejar bis kembali ke Tokyo. Jika ditanya apakah ingin kembali lagi mencoba onsen? Pasti! Mungkin kalau ada rejeki bisa balik lagi ke Jepang, saya juga mau coba sento, atau onsen campuran. Can i have amen for that? 🙂

Ada yang punya pengalaman seru di onsen, atau sento? Boleh dong dishare di sini. Siapa tahu bisa ke onsen bareng. *eh, gimana?

2 thoughts on “Mandi Bareng di Onsen

  1. Ngga ada bedanya sama di kampung saya dulu, di desa kami semua mandi bareng di satu mata air, cowok cewek dibatasi tembok, yang bagian cewek lebih dalam, jadi cewek harus melewati bagian cowok.

    Tapi tidak ada pemikiran aneh2, karena semua masih berpikiran polos. Tidak ada obrolan menjurus ke seksual.

    Kecuali saya yang sudah merantau beberapa tahun di kota besar, dan terkontaminasi pemikiran modern, jadi saya kalau pulang ke kampung, bela belain jalan kaki 3km untuk mandi di sungai, untuk privacy. Padahal ini sungai terkenal angker kata orang2, di pinggirnya pepohonan besar. hahaha

Leave a comment